Radikalisme Tumbuh Subur karena Hilangnya Rasa Percaya Berujung Curiga

JAKARTA, MORALRIAU.COM – Pengamat sosial dari Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati mengatakan, radikalisme dengan aksi kekerasan terjadi karena disebabkan oleh hilangnya rasa percaya. Akibatnya, mudah muncul kecurigaan hingga terjadi tindakan destruktif.

“Kenapa orang bisa menjadi radikal dan melakukan aksi kekerasan kepada orang lain? Karena kehilangan rasa percaya. Ini macam-macam, ada persoalan ekonomi, transparansi, dan lain-lain,” kata Devie dalam diskusi di Pusat Kebudayaan Soka Gakkai Indonesia, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (13/10/2019).

Hilangnya rasa percaya terhadap berbagai aspek merupakan ‘penyakit’ global. Pada umumnya, hilangnya rasa percaya dapat menimbulkan rasa curiga hingga berujung pada diskriminasi.

“Itu penyakit global. Intinya karena enggak percaya dan saling curiga, lalu mengambil garis, dan melakukan diskriminasi,” ucapnya, seperti dimuat okezone.

Devi megambil contoh, misalnya terjadi ketidakpercayaan terhadap pemerintah dan media massa. Dalam kondisi itu, masyarakat justru lebih memilih percaya pada informasi yang tersebar di media sosial. Padahal, medsos seperti alam rimba yang informasinya belum tentu bisa dipertanggungjawabkan.

Walhasil, masyarakat lebih banyak termakan nformasi bohong atau hoaks. Dampak terparah dari maraknya hoaks ialah menumpulkan kemampuan berpikir kritis. Oleh karena itu, Devie mengajak semua pihak untuk lebih jeli dalam memilah informasi. Pun demikian, ia mengimbau publik membumikan kembali toleransi demi mencegah tumbuh suburnya radikalisme.

“Paling tidak kita harus kembali ke local wisdom dan economic well being. Local wisdom salah satunya adalah toleransi,” ucapnya. (*)

Komentar