Pertama Terjadi, Bayi Lahir di Luar Rahim di Pekanbaru

Ilustrasi Bayi diluar Rahim.

PEKANBARU, MORALRIAU.COM- Fenomena ibu hamil di luar rahim memang sangat jarang terjadi di dunia bahkan di Indonesia. Namun biasanya, bayi yang selama kehamilan berada di luar rahim tidak dapat bertahan hidup.

Seorang ibu berhasil melahirkan seorang bayi yang sehat sekalipun ia hamil di luar rahim. Dan hal ini terjadi di Kota Pekanbaru dan pertama kali terjadi di Riau. Bahkan bayi tersebut lahir dengan selamat di Rumah Sakit (RS) Sansani, Pekanbaru pada hari Rabu lalu, (29/8).

Ice Luciana (35), ibu yang melahirkan bayi itu. Dia melahirkan anak yang belum diberinya nama itu, lahirnya melalui operasi. Persalinan dipimpin oleh dr Budi SpOG. Operasi yang berlangsung siang itu berhasil terlaksana. Ibu dan anak selamat, meski melalui proses medis yang cukup rumit dengan sistem operasi atau dengan istilah laparotomi. Memang, bayi ini lahir lebih kecil dibandingkan dengan bayi pada umumnya. Bayi itu lahir dengan berat 1,7 kg dan panjang 42 cm.

Sementara itu,  Dokter Budi yang memimpin persalinan tersebut menjelaskan, biasanya jika ada janin yang tumbuh di luar rahim, akan mengalami keguguran atau digugurkan. “Karena, tingkat keselamatan bayi lahir dalam kasus ini sangat rendah. Hanya ada satu dari 600 juta kasus yang bisa selamat,”katanya Ahad (2/9).

Normalnya, kata Dokter Budi, setelah sperma dan sel telur ketemu dituba atau saluran terjadi pertumbuhan setelah itu masuk ke dalam rongga rahim untuk tumbuh dan berkembang hingga sembilan bulan. “Dan kasus kehamilan diluar rahim ini hanya masuk ke dalam rongga perut ibu hingga disamping usus lambung hingga sembilan bulan. Ini sangat jarang terjadi dan dua bulan sudah pecah dan terjadi pendarahan,”bebernya.

Saat di klinik itu, dia tak sadar lagi. Pandangannya sudah gelap. Rasa sakit semakin menjadi-jadi. Tepat pada Rabu (29/8) pagi, dia dipindahkan ke RS Sansani. Pihak RS Sansani langsung melakukan penanganan dengan intensif. Sebentar saja Ice berada di ruang IGD. Karena kondisinya darurat, tim dokter langsung bergerak cepat. “Paling cuma lima menit di IGD,” kata dr Budi SpOG.

Setelah itu, Ice langsung dibawa ke ruang operasi. Langkah itu, kata dr Budi, dilakukan karena kondisi darurat yang dialami Ice. Sebab, jika tak ditangani dengan cepat, bisa saja nyawa ibu dan bayi tak terselamatkan.

“Pagi itu juga kami lakukan operasi. Kalau tidak, bayi akan mengalami kekurangan oksigen, karena berada di luar rahim,” ujarnya. Setelah sekitar satu jam, operasi selesai. Banyak kondisi yang tak normal terjadi pada Ice.

“Saat kami operasi, rahim kosong. Tak ada janin di sana. Bayi berada di rongga perut, Plasenta masih tersambung dengan ibu. Kami takutkan pendarahan. Lalu kami jahit. Kami kasih anti pendarahan. Kita pasang slang di perut,” sambung Budi.

Dia sempat khawatir bahwa bayi tidak bisa selamat. Namun, karena kesigapannya bayi dapat terselamatkan.

“Itu yang penting bagi kami. Ibunya, Alhamdulillah tidak ada lagi pendarahan,” ujar dia.

Dia menilai, ini adalah sebuah keajaiban. “Ini yang namanya takdir. Tak terlepas dari kekuasaan Allah,” ujarnya.

Betapa tidak, kata Budi, dari 600 juta kasus yang sama, hanya bisa satu yang bisa selamat. Dokter Budi menjelaskan, janin di luar rahim ini memang langka terjadi. Itu disebabkan karena pembuahan yang tak normal. Seharusnya, pembuahan terjadi di rahim, namun sel telur keluar dari rahim.

“Saat pembuahan, di hari ke tujuh, sel telur masuk ke rongga rahim. Tapi ini jatuh ke rongga perut,” ujarnya.

Dokter anak Pengekuten SpA menyebut, kondisi bayi yang dilahirkan Ice sudah berangsur normal. Namun saat ini pernapasan masih dibantu dengan alat.

“Bayinya normal. 30 detik setelah melahirkan, anak menangis. Lalu kita pindahkan ke ruang khusus, untuk perawatan intensif. Setelah kita lihat kondisi bayi, dia akan mampu bertahan hidup. Ini ajaib juga,” pungkasnya. (*)

Komentar