Karhutla Makin Parah, Kemarau Masih Panjang, Hujan Buatan pun Sulit

JAKARTA, MORALRIAU.COM – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan hingga kini masih sulit dipadamkan. Para petugas kesulitan akses air untuk menjangkau titik-titik panas atau hotspot kebakaran. Selain itu, upaya untuk membuat hujan buatan juga sulit dilakukan lantaran kurangnya awan untuk menyemai bibit air.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengklaim bahwa dalam upaya penanggulangan Karhutla, BMKG bersama elemen dan pihak terkait sudah melakukan persiapan.

“Potensi mudahnya lahan itu terbakar, berbagai upaya persiapan dan mitigasi dilakukan. Untuk mencegah kekeringan, kekurangan air, dan tentunya kebakaran,” ujarnya di gedung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Sabtu (14/9).

Dikutip jawapos, Dia mengungkapkan, persoalan lain dalam penanganan karhutla yakni sejak Juli hingga hari ini, Sabtu (14/9), langit di Indonesia dikatakan bersih, hampir tidak ada awan. Hal tersebut membuat upaya BNPB sejak Juli untuk membuat hujan buatan bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), urung dilakukan.

“Karena bibit-bibit awan itu hampir tidak ada. Kami menunggu sejak Juli sampai Agustus, itu kesulitan untuk membuat hujan buatan. Tapi alhamdulilah belakangan ini sudah mulai muncul bibit-bibit awan dan terakhir kemarin BMKG sudah mendeteksi awan-awan hujan mulai muncul,” jelasnya.

Saat ini, pihaknya bersama BNPB di lapangan mengaku sedang bersiap untuk segera menembak garam dan membuat hujan buatan. Dengan hal tersebut, dia menyebut pemerintah dan elemen terkait sudah siap siaga, hanya saja memang terkendala faktor alam.

“Kita lihat potensi pertumbuhan awan saat ini terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepui Riau, Kalimantan Utara, Papua, dan Papua Barat. Dari daerah itu yang banyak kebakaran hutan adalah Riau. Jadi semoga penembakan awan yang dilakukan hari ini berhasil,” terang Dwikorita.

Dia juga menyampaikan kondisi cuaca di tanah air bahwa seluruh wilayah Indonesia masih belum akan menjumpai musim hujan. Musim kemarau diprediksi masih akan berlangsung hingga Oktober mendatang.

“Daerah yang terbakar diperparah dengan musim kemarau. Di awal bulan september itu diperkirakan memang hujannya sangat minim. Artinya curah hujannya maksimal hanya 10 mm dalam 10 hari. Kondisi semacam ini, diperkirakan masih akan terjadi sampai Oktober pertengahan,” tandasnya. (*)

Komentar