Anggota DPRD Riau Mardianto Manan: Sampah di Pekanbaru Terkesan Sengaja

PEKANBARU, MORALRIAU.COM – Masalah sampah yang terjadi di Kota Pekanbaru sampai saat ini juga belum teratasi, masyarakat tentu berharap permasalahan sampah ini dapat segera selesai, sehingga tidak terjadi lagi penumpukan sampah dimana – mana. Sampah yang menggunung juga bisa mengancam kesehatan.

Anggota DPRD Riau Mardianto Manan saat diwancarai media ini terkait masalah sampah di Pekanbaru, beliau mengatakan dalam menangani masalah sampah di Kota Pekanbaru adanya unsur kesengajaan yang dilakukan oleh Walikota dan Wakil Walikota Pekanbaru.

“Kenapa saya katakan demikian?, karena kalau saya memandang sosok Pak Firdaus MT, yang sama MT nya dengan saya, pasti sudah mengetahui medan pertempuran tentang sampah menyampah ini, mustahil beliau yang sudah Doktor, Ahli Perencana dan punya konsep Smart City Madani ini, kecolongan lagi dan lagi setiap tahunnya,” kata Mardianto Manan kepada moralriau.com, Senin (25/1/21).

Menurut dia, sampah menumpuk pada akhir tahun, yang konon kabarnya hanya karena kontrak sudah habis dengan pihak ketiga, percayakah anda seorang yang ahli bidang perencanaan, lupa memikirkan dampak, jika sampah diputus pengangkutannya, akan berdampak fatal.

“Kalau saya pasti tidak percaya doo,” ujar politisi PAN ini.

Mestinya lanjut Mardianto, semua kegiatan yang bersifat rutinitas, harusnya sudah diluar kepala mereka berdua (Firdaus – Ayat, red), maka mustahil terjadi kejadian berulang, itu lagi dan itu lagi.

“Keledai saja tak mau masuk lobang yang sama dua kali, masak Firdaus Ayat mau seh..?,” bebernya.

“Makanya saya katakan kejadian ini sengaja diciptakan dengan pembiaran, itu jika saya melihat kapabilitas dan kemampuan Bung Firdaus ya? Seorang Doktor, Mantan Kepala PU dan dua periode lagi jadi Walikota, ditambahkan sosok Ayat yang sudah dua periode juga. Lantas bagaimana solusinya agar ini tak terjadi lagi,” katanya.

Menurutnya lagi, Walikota dan wakilnya harus melakukan evaluasi rutin dan berkala dalam tahun 2020 kemarin, mana yang yang belum tuntas, harus dituntaskan, dan mana yang terbengkalai dikaji lagi.

Kata beliau, yang dilakukan kontraktor tersebut harus berkelanjutan, misalnya pengangkutan sampah ini. “Kalau habis kontrak akhir tahun per desember, maka perlu dipikirkan masa transisi pengelolaan sampah ini, karena manusia di Pekanbaru tetap akan menghasilkan sampah setiap harinya,” terangnya.

Secara teori, kata Mardianto produksi sampah per individu warga kota setiap hari rata – rata 0,8kg/hari, bayangkan saja jumlah penduduk kota lebih kurang 1,2 juta saat ini, artinya sekitar 960.000kg timbulan sampah setiap hari, dari penduduk kota malam, belum lagi dengan penduduk siang yang hampir dua kali lipatnya.

Artinya, jika ini dibiarkan sehari dua dan tiga hari saja, sudah terjadi penumpukan sekitar 2,8 juta kg selama 3 hari, itu dari sampah penduduk malam saja.

Bagaimana jika ditambahkan dengan penduduk siang, yang hanya bekerja dan berkunjung, tentu sampahnya tak mungkin dibawa pulang ke kuantan sana. Maka dari itu perlu dipikirkan bagaimana solusinya, ketika terjadi akhir tahun dan putus kontrak sampah ini.

“Nah disinilah saya katakan, sengaja pak wali dan wakilnya membiarkan, padahal beliau punyai konsep kota pintar smart city, tapi kalau begini sama dengan bongak city alias kota stupid city,” tutupnya. (wir)

Komentar